Wednesday, July 22, 2009

Siapakah Teroris yang Sebenarnya?

Status seorang teman di Facebook ini sangat menggelitik intelegensia saya (halah!). Beliau adalah seorang wartawan koran ternama di Indonesia yang ditempatkan di dekat Cilacap. Saya tidak tahan untuk tidak berbagi dengan teman-teman semua. Demi netralitas, para pelaku di "obrolan" ini saya samarkan.
Untuk beliau yang punya status, semoga nggak keberatan ya...

A
kalau mau seksama, penemuan bom di cilacap, benar2 instan. tanpa anjing pelacak maupun metal detector, densus dengan cepat dapat menemukan bom racikan di rumah Bahrudin. di dalamnya ada gotrinya pula, sama dengan gotri yang ditemukan di kamar 818 Ritz Carlton. konspirasi apa pula ini... "pastinya ada pihak ketiga yang memanfaatkan kondisi ini semua"

B:
Sepakat boy....ini jelas kerjaanya intel...mosok ada bom ampe 2 biji...rupiah aman-aman aja...jelas mencurigakan..trus densus dengan mudahnya kasih gambar ke wartawan...wah diluar kebiasaan tuh....

A:
boleh jadi, bomnya itu memang diledakan teroris. intel pasti tau itu, tapi mereka diam saja. sebab, mereka mau memanfaatkan itu untuk memenangkan salah satu capres. coba simak pernyataan SBY soal teror bom... hmmm

C:
apalagi "kuburannya" gak dalam...kasihan tuh paculnya warga jadi rusak...

D:
emang nggak pake pelacak ya? hebat juga idungnya.. Mau dong... hehehe
9 hours ago

B:
Jelas politik dinasty SBY terancam buat 2014, ada pemain baru tapi udah dapet hampir 30% suara...itu aja udah dicurangin...makanya sebelum berkembang mending sikat dulu aja...sekalian menjalankan politik belas kasihan dan mendistraksi persoalan DPT yg memang rencananya mau di demo besar-besaran....

E:
Saya tetap minta jangan saling curiga.mega pro memang merasa dicurangi..tapi biarlah waktu yg membongkar kebusukan ini semua

F:
Wah din..penciumanmu lmyan tjam jg ..wkakaka

G:
Lah nota pembelian bahan2 bom rakitan tertanggal 10 Juni 2009 disalah satu toko di Kroya sapa yg beli ya?

H:
hmm iya kie... konspirasi tingkat tinggi kie.... di oyak wae jeng faktane....

I:
Hebaaatt...!! Aku memang harus memanggilmu: Suhu

J:
perlu ada investigasi khsusus, ditunggu segera beritanya

Seru kan? Semoga saja semua kebusukan segera terbongkar. Tapi saya lebih berharap kalau semua praduga di atas salah.

Tuesday, July 14, 2009

Pingin Gak Macet? Nebeng Yuuuk..

Setiap hari saya pergi dan pulang kerja naik jemputan departemen saya. Lucunya kalau pagi bus itu penuh sesak dengan bukan pegawai Depkominfo. Yang asli Depkominfo mungkin hanya sekitar 3 orang. Mereka membayar rata-rata 4000 rupiah untuk rute Kotabumi-Monas via Daan Mogot. kemana larinya yang 4000 per orang itu? ya ke kantong Sopir lah... atau mungkin sedikit lari ke kantong co drivernya (yang bukan orang kominfo). Trus gimana donk hukumnya?

Selama tidak merugikan penumpang asli dari institusi yang bersangkutan, menurut saya halal aja tuh. Atau sunah mungkin malah.

Banyak alasan yang menyebabkan saya menyunahkan hal ini. Pertama, banyak bis yang penggunaannya tidak maksimal. Mungkin penumpangnya hanya separo dari kapasitas bus. Bus yang saya naiki tadi meskipun kalo pagi hari hanya berisikan 3 orang kominfo, tapi kalau siang bisa bertambah jadi 6-7 orang lho..

Hal ini pernah saya tanyakan pada senior saya di kantor. Beliau eks pegawai Departemen Penerangan jaman dulu. Katanya dulu pegawai Deppen yang berdomisili di Kotabumi memang banyak, makanya ada bus jemputan rute kesana. Tapi ketika Deppen bubar, orang-orang itu dipindah ke Lapas Tangerang. itulah kenapa pegawai Kominfo yang ikut jemputan Kotabumi tinggal beberapa gelintir saja. Di sisi lain kalau rutenya mau dihilangkan begitu saja juga tidak mudah. Kenyataannya masih ada beberapa orang yang membutuhkan fasilitas tersebut.

Kedua, di Jakarta ini terlalu banyak kendaraan yang turun ke jalan. Bayangkan, untuk kendaraan dinas Pemprov DKI saja (yang plat merah) itu mencapai 9999 buah, dari B 1 DKI sampai B 9999 DKI. Padahal penumpangnya mungkin hanya sepersekian kapasitas kendaraan. Kan sayang juga kalau bis jemputan cuma terisi separo. Yang separonya pasti menggunakan moda transportasi lain. Artinya, itu akan menambah tingkat kepadatan jalan, membuang lebih banyak energi, dll.

Ketiga, untuk bus jemputan Depkominfo masing-masing sehari hanya mendapatkan jatah solar sebanyak 20 liter. Ini diluar gaji sopir tentunya (sopirnya kan PNS). Jatah solar sebanyak itu tidak memandang panjang pendeknya rute. Sopir juga tidak mendapatkan insentif untuk bayar tol. Nah, mending jadi sopir ke jurusan Kotabumi daripada ke Bekasi atau Depok kan? Saya rasa aturan ini juga berlaku di lembaga pemerintah lain.

Kembali ke alasan kedua, saya berpikir kalau nebeng ternyata bisa jadi salah satu solusi kemacetan. Seperti yang kita ketahui, ada banyak mobil pribadi yang saat ini berfungsi sebagai omprengan. Akan jauh lebih baik ketika ada lebih banyak mobil pribadi yang juga berfungsi jadi omprengan. Menggusur jatah plat kuning? I don't think so. pada kenyataannya transportasi umum tidak mampu menanggung beban banyaknya penumpang pada jam-jam sibuk. Coba aja antre di shelter Transjakarta Harmoni sekitar jam 5 sore. Naudzubillah.. dah kayak pepes teri deh. Terlebih lagi kalau saya amati kebanyakan mobil pribadi yang lewat tol Tangerang menuju Jakarta kebanyakan hanya berisi 1 orang, sang sopir sendiri tentunya. Padahal mobilnya Alphard, Kijang, pokoknya yang van-van ma yang MPV-MPV gitu lah. What a waste!

Hmm.. silahkan anda kaji buah pikiran saya ini. Sekedar bersifat himbauan saja (yang sangat ditekankan), bagi Anda yang biasa berangkat naik mobil pribadi dan tempat duduk di mobil anda masih banyak tersisa, kenapa sih, nggak mendayagunakan mobil anda? It's a win-win solution I think. Anda menghemat energi, nolong orang, mengurangi kemacetan, sekaligus dapat subsidi untuk biaya BBM. Don't you think it's great? Believe me, it means a lot for our life..