Tuesday, July 14, 2009

Pingin Gak Macet? Nebeng Yuuuk..

Setiap hari saya pergi dan pulang kerja naik jemputan departemen saya. Lucunya kalau pagi bus itu penuh sesak dengan bukan pegawai Depkominfo. Yang asli Depkominfo mungkin hanya sekitar 3 orang. Mereka membayar rata-rata 4000 rupiah untuk rute Kotabumi-Monas via Daan Mogot. kemana larinya yang 4000 per orang itu? ya ke kantong Sopir lah... atau mungkin sedikit lari ke kantong co drivernya (yang bukan orang kominfo). Trus gimana donk hukumnya?

Selama tidak merugikan penumpang asli dari institusi yang bersangkutan, menurut saya halal aja tuh. Atau sunah mungkin malah.

Banyak alasan yang menyebabkan saya menyunahkan hal ini. Pertama, banyak bis yang penggunaannya tidak maksimal. Mungkin penumpangnya hanya separo dari kapasitas bus. Bus yang saya naiki tadi meskipun kalo pagi hari hanya berisikan 3 orang kominfo, tapi kalau siang bisa bertambah jadi 6-7 orang lho..

Hal ini pernah saya tanyakan pada senior saya di kantor. Beliau eks pegawai Departemen Penerangan jaman dulu. Katanya dulu pegawai Deppen yang berdomisili di Kotabumi memang banyak, makanya ada bus jemputan rute kesana. Tapi ketika Deppen bubar, orang-orang itu dipindah ke Lapas Tangerang. itulah kenapa pegawai Kominfo yang ikut jemputan Kotabumi tinggal beberapa gelintir saja. Di sisi lain kalau rutenya mau dihilangkan begitu saja juga tidak mudah. Kenyataannya masih ada beberapa orang yang membutuhkan fasilitas tersebut.

Kedua, di Jakarta ini terlalu banyak kendaraan yang turun ke jalan. Bayangkan, untuk kendaraan dinas Pemprov DKI saja (yang plat merah) itu mencapai 9999 buah, dari B 1 DKI sampai B 9999 DKI. Padahal penumpangnya mungkin hanya sepersekian kapasitas kendaraan. Kan sayang juga kalau bis jemputan cuma terisi separo. Yang separonya pasti menggunakan moda transportasi lain. Artinya, itu akan menambah tingkat kepadatan jalan, membuang lebih banyak energi, dll.

Ketiga, untuk bus jemputan Depkominfo masing-masing sehari hanya mendapatkan jatah solar sebanyak 20 liter. Ini diluar gaji sopir tentunya (sopirnya kan PNS). Jatah solar sebanyak itu tidak memandang panjang pendeknya rute. Sopir juga tidak mendapatkan insentif untuk bayar tol. Nah, mending jadi sopir ke jurusan Kotabumi daripada ke Bekasi atau Depok kan? Saya rasa aturan ini juga berlaku di lembaga pemerintah lain.

Kembali ke alasan kedua, saya berpikir kalau nebeng ternyata bisa jadi salah satu solusi kemacetan. Seperti yang kita ketahui, ada banyak mobil pribadi yang saat ini berfungsi sebagai omprengan. Akan jauh lebih baik ketika ada lebih banyak mobil pribadi yang juga berfungsi jadi omprengan. Menggusur jatah plat kuning? I don't think so. pada kenyataannya transportasi umum tidak mampu menanggung beban banyaknya penumpang pada jam-jam sibuk. Coba aja antre di shelter Transjakarta Harmoni sekitar jam 5 sore. Naudzubillah.. dah kayak pepes teri deh. Terlebih lagi kalau saya amati kebanyakan mobil pribadi yang lewat tol Tangerang menuju Jakarta kebanyakan hanya berisi 1 orang, sang sopir sendiri tentunya. Padahal mobilnya Alphard, Kijang, pokoknya yang van-van ma yang MPV-MPV gitu lah. What a waste!

Hmm.. silahkan anda kaji buah pikiran saya ini. Sekedar bersifat himbauan saja (yang sangat ditekankan), bagi Anda yang biasa berangkat naik mobil pribadi dan tempat duduk di mobil anda masih banyak tersisa, kenapa sih, nggak mendayagunakan mobil anda? It's a win-win solution I think. Anda menghemat energi, nolong orang, mengurangi kemacetan, sekaligus dapat subsidi untuk biaya BBM. Don't you think it's great? Believe me, it means a lot for our life..

1 comment:

  1. mbak.. sekarang jemputan kominfo masih ada jalur ini kah? lewat polres batu ceper kan?? di jalan daan mogot..kira2 jam berapa y lewatny..?? trim infonya...

    ReplyDelete